Judul : Hikmah Sejarah untuk Indonesia Berkah
Pengarang : Azzam Habibullah
Penerbit : YPI AT-TAQWA DEPOK
Tahun : Juni, 2020
Tebal : 218 halaman
Harga : Rp 90.000
Akhirnya kita bisa menikmati kemegahan pemikiran para tokoh Indonesia. Bijaknya setiap langkah dan dalamnya pemahaman agama telah menyerap kehidupan berbangsa dan bernegara. Keragaman menjadi takdir yang bisa dinikmati dengan penuh toleransi tanpa perlu saling sikut atau menyamaratakan kepercayaan. Semua itu terangkum pada sebuah buku berjudul “Hikmah Sejarah untuk Indonesia Berkah”.
Pemikiran tokoh yang diramu dalam sebuah perjalanan sejarah memang lebih mudah dinikmati, apalagi buku ini ditulis pemuda berumur 18 tahun. Azzam Habibullah (penulis) mampu merumuskan kata-kata mejadi kalimat yang menjelaskan bagaimana sudut pandang Islam dari tokoh-tokoh Islam di Indonesia.
Filsafat dan teori pemikiran menjadi momok yang menakutkan bagi pemuda, karena pembahasan yang cukup rumit dan istilah yang tidak familiar. Namun penulis menjabarkan dalam kisah-kisah yang menyejarah dari para pejuang di Indonesia. Islamic worldview dapat ia ceritakan dengan bahasa kekinian, mudah dipahami semua kalangan dan ringan.
Seperti kisah perseteruan antara Buya Hamka denga Pramoedya Ananta Toer. Tokoh sastrawan kiri ini sejak lama bermusuhan secara ideologis-politis dengan Hamka. Tapi, saat putrinya akan menikah dengan lelaki beda agama, Pram meminta putri dan calon menantunya untuk menemui Hamka. Rusydi Hamka menceritakan bahwa Buya dengan penuh ikhlas membimbing sejoli itu untuk belajar Islam.
Ada juga kisah cinta sang pendiri bangsa, Dr. Drs. H. Muhammad Hatta. Bung Hatta muda penah bersumpah, tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bukan sekadar kata, namun janji itu memotivasi dirinya untuk berjuang sekuat negara mempersembahkan kemerdekaan. Sosok dirinya yang keren, cool dan cerdas tak ayal membuat banyak gadis tertarik. Namun sumpah tetaplah sumpah, ternyata Hatta menikah tak lama setelah Indonesia merdeka.
Selain itu sang Tenokrat Indonesia juga seharusnya dapat menginspirasi pembaca. Sejak lama tokoh dirgantara Indonesia sudah bercita-cita memiliki pesawat, melewati pulau-pulau di Nusantara. Belakangan proyek Regional 80 (R80) dikomandoi BJ Habibie, sang Ilmuwan ini memilki cita-cita yang sama seperti pendahulunya. Meski telah tiada, perjuangan ini harus tetap dilanjutkan.
Presiden ke 3 Indonesia berkata, “Jika kita bisa membawa R80 menghiasi langir Nusantara, apapun bisa kita lakukan”.
Pemuda 18 tahun ini menjabarkan perjuangan Nyai Dahlan memperjuangkan kesejahteraan dan pendidikan perempuan tanpa embel-embel feminisme. Menerangkan konsep pendidikan peradaban ala Kh Imam Zarkasy pendiri Pondok Pesantren Darussalam (Gontor). Menjelaskan bahwa pusat pendidikan bukan sekolah, melainkan keluarga seperti konsepnya Ki Hajar Dewantara.
Di akhir penulis 4 judul buku memberi nasihat praktis agar pemuda menjadi hebat dan untuk Indonesia berkah. Formula ini sebenarnya sudah pernah dijelaskan olehnya di buku sebelumnya. Formula ini dirangkum dalam 5 poin; Health (sehat), Empathy (Empati), Best (terbaik), Action (aksi) dan Thankful (bersyukur).
Buku setebal 218 halaman memberi kita perspektif yang lebih luas dari sudut sejarah yang seharusnya membantu kita untuk membangun Indoenesia berkah. Referensi secara gamblang disebutkan dalam tulisan maupun daftar pustaka. Peruntukkannya menyeluruh untuk semua kalangan, khususnya pemuda yang memiliki semangat perubahan untuk Indonesia lebih baik.