Penapembaharu.com – Khartoum, Tujuh wilayah Sudan menyatakan hari ini, Kamis (11/02), keadaan darurat menyusul demonstrasi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di beberapa daerah untuk mengecam kemerosotan kondisi kehidupan, harga tinggi, dan kelangkaan beberapa bahan pokok, pada saat Lajnah Izâlah al-Tamkîn (Badan Penghapusan Pemberdayaan – Terj.) menyerukan penuntutan terhadap aktivis Hizb al-Mu’tamar al-Wathanî (Partai Kongres Nasional) yang dibubarkan, dituduh terlibat dalam peristiwa tersebut.
Negara bagian yang menyatakan keadaan darurat adalah Darfur Selatan, Barat, Utara dan Timur (Sudan Barat), ditambah negara bagian Kordofan Utara dan Barat serta Negara Bagian Sennar.
Berbicara tentang protes baru-baru ini, Menteri Dalam Negeri Sudan mengatakan bahwa masalah sekarang terkendali. Ia juga menambahkan, bersama komite kementerian akan melakukan kunjungan lapangan ke negara-negara bagian atas perintah Dewan Menteri.
Protes tersebut disertai dengan tindakan penjarahan dan kekerasan, seperti gambar yang menunjukkan beberapa pengunjuk rasa di sejumlah negara bagian sedang menjarah toko-toko.
Selain itu, kantor-kantor pemerintah, termasuk sekretariat Negara Bagian Kordofan Barat di Al-Fula, studio radio dan televisi, serta markas pemerintah dibakar di Al-Daain, ibu kota Darfur Timur.
Protes meletus setidaknya di 10 kota di Sudan, belum diketahui siapa yang memimpin mereka. Sementara beberapa menggambarkannya sebagai “revolusi kelaparan”, yang lain menggambarkannya sebagai “tindakan sabotase” di belakang Kongres Nasional yang dibubarkan.
Dalam beberapa bulan terakhir, telah terjadi banyak demonstrasi yang mengutuk kondisi ekonomi yang memburuk, dan beberapa pengunjuk rasa menuntut mundurnya pemerintahan Abdullah Hamdok, sementara yang lain menyerukan pembenahan jalannya revolusi.
Konferensi Nasional
Sementara itu, komite untuk membongkar sistem 30 Juni telah mengarahkan para ketua komite di negara bagian untuk mengambil tindakan kriminal terhadap semua simbol Kongres Nasional yang dibubarkan, menuduh rezim sebelumnya berada di balik tindakan sabotase dan kekacauan yang menodai protes baru-baru ini.
Komite tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka memiliki informasi yang cukup tentang kegiatan mantan anggota partai yang berkuasa, “organisasi mereka yang membakar, menjarah dan melakukan teror terhadap warga yang tidak berdaya bertentangan dengan pola protes yang diorganisir oleh kekuatan hidup revolusi.”
Sumber dari Partai Konferensi Nasional yang dibubarkan menyatakan bahwa pihak berwenang telah menyiapkan daftar nama sejumlah besar pimpinan partai menjelang penangkapannya.
Sementara itu, koresponden Al-Jazeera mengatakan bahwa ada kepercayaan luas bahwa elemen Partai Kongres Nasional berada di balik protes yang meletus baru-baru ini.
Pihak berwenang Sudan telah menangkap mantan wakil presiden republik itu, Hassabo Muhammad Abdel Rahman, dan sumber dari keluarganya mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa polisi menangkapnya dari rumahnya tanpa mengetahui alasan penangkapan tersebut.
Abdul Rahman ditangkap setelah penggulingan mantan Presiden Omar Al-Bashir pada April 2019, tetapi kemudian dibebaskan tanpa dakwaan.
Pihak berwenang juga menangkap Jurnalis Hussain Khojaly, yang mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa dia tidak mengetahui alasan penangkapannya; mengindikasikan bahwa ia mengeluhkan daripada kondisi yang stabil.
Sumber: Al-Jazeera