Orang pertama adalah mereka yang disebutkan oleh Allah dalam firmanNya:
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا.
Artinya: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al Kahfi: 104).
Ibnu Jarir Ath Thabary menyatakan bahwa mereka ini adalah orang-orang yang selama hidupnya tidak banyak kebaikan dan amal shaleh. Justru amalan mereka adalah dalam keburukan dan kesesatan. Perbuatan mereka seringkali melawan ayat-ayat Allah SWT. Namun mereka mengira sudah banyak berbuat baik.
Inilah orang-orang yang merugi di dunia dan di akhirat. Mereka merasa banyak amal shaleh, dan sangat pede akan mendapat pahala yang besar. Padahal perbuatan mereka banyak yang sia-sia, dan mereka akan kehilangangan (kerugian pahala) amalan mereka.
Adapun orang kedua adalah mereka yang disebutkan Allah dalam firmanNya:
وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ
Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS Al Mukminun: 60).
Mereka ini adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berbuat amal-amal shaleh dan kebajikan. Namun hati mereka merasa takut lantaran khawatir tidak diterima amal perbuatan mereka dan tidak dapat menyelamatkan mereka dari siksaan Tuhan mereka, bila mereka kembali kepadaNya untuk menghadapi perhitungan amal.
Aisyah ra pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai ayat ini (alladzina yu’tuna ma ataw waqulubuhum wajilah), apakah yang dimaksud dengan ayat ini adalah orang berzina dan meminum khamar atau mencuri, dan karena itu ia merasa takut kepada Tuhan dan siksa-Nya?
Pertanyaan ini dijawab oleh Rasulullah:
“bukan demikian maksudnya, hai puteri Abu Bakar as-shiddiq. Yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengerjakan shalat, berpuasa dan menafkahkan hartanya. Namun mereka merasa takut kalau-kalau amalnya itu termasuk amal yang tidak diterima (mardud).” (HR Tirmidzi).
Sungguh sangat kontradiktif sikap dua jenis orang ini. Yang satu banyak berbuat dosa atau yang sia-sia, tapi terlalu pede akan dapat pahala. Yang satu lagi banyak amal shalehnya, tapi sangat khawatir tidak akan diterima Allah. Jenis yang kedua inilah orang yang sangat mulia.
Wallahu A’laa wa A’lam.