Seperti Inikah Akidah Dipelajari !?
Pertanyaan itu tentu sangat menyinggung orang-orang yang seringkali mengimpor perdebatan kalam abad pertengahan, dan mohon maaf itu bukan pertanyaan penulis, tapi pertanyaan dan Keheranan Syekh Muhammad Ghazali.
Di sini kita melihat bahwa kegelisahan terhadap ilmu kalam klasik bukan hanya menggeluyuti pemikiran Muhammad Abduh, tapi juga pembaharu setelahnya Muhammad Ghazali.
Oleh karena itu, beliau ikut berupaya untuk mempersembahkan buku tauhid/kalam dengan uslub dan metode baru yang lebih bisa bermanfaat bagi masyarakat umum. Beliau menamkannya dengan Aqidatul Muslim.
Dalam pengantarnya, beliau lebih pedas lagi dari Muhammad Abduh dalam mengkritisi Kalam Klasik, setidaknya ada 3 poin:
1. Kalam klasik hanya teori semata..persis seperti belajar Al Jabar, atau ilmu hitung..tidak menyentuh jiwa umat Islam, para pelajar yang belajar Ilmu Tauhid bisa menyebutkan dalil-dalil akli, namun tidak bisa meresapi keagungan Sang Pencipta..
2. Dalam perkembangannya Kalam Klasik banyak terpengaruh oleh kondisi buruk yang ada ketika itu, chaos politik maupun sekterian dalam kehidupan masyarakat ..
3. Kitab-kitab kalam klasik telah gagal dalam menyampaikan ilmu tauhid Islam yang sebenarnya, baik dalam bentuk maupun tema-temanya..
Beliau juga dengan penuh keheranan menyatakan merupakan suatu kelalaian ketika kita mengira bahwa kita bisa membangun akidah Islam melalui forum perdebatan, yang di dalamnya dikendalikan berbagai teks, didengungkan kemenangan atas lawan, dipermainkan kata2..dsb..
Inti dari pengantar Akidatul Muslim, Syekh Muhammad Al Ghazali ingin menyampaikan bahwa ilmu kalam klasik tidak bisa menyampaikan risalah akidah Islam yang sebenarnya, malah hanya menimbulkan kegersangan jiwa dan perpecahan di tubuh umat, maka perlu ada pembaharuan dalam metode dan tema-tema ilmu kalam, agar lebih bisa memberikan efektivitasnya kepada masyarakat umum.
Wallahu ‘alam bisshowwab.