Setelah raja Mesir mendengarkan takwil mimpi yang ia lihat dalam tidurnya dari Nabi Yusuf, ia sadar bahwa ia tidak akan mampu menanggulangi kesulitan yang akan dihadapi.
Negeri Mesir akan mengalami paceklik hebat selama tujuh tahun berturut-turut. Akan tetapi sebelum bencana itu datang Allah akan menyediakan kesempatan tujuh tahun juga untuk mempersiapkan diri menghadapinya. Negeri Mesir akan mengalami kesuburan dan hasil pertanian melimpah sebelum hal menakutkan itu terjadi.
Tentu perlu ilmu pengetahuan yang tidak sembarangan untuk menyimpan stok makanan supaya bisa bertahan selama 14 tahun. Atau sekurang-kurangnya untuk persediaan selama tujuh tahun.
Nabi Yusuf menawarkan diri untuk mengatasi hal itu. Beliau punya kemampuan dan ilmu yang diperlukan.
Menyadari kekurangan dan kelemahan dirinya, dengan legowo raja Mesir mundur dari wewenang penuhnya untuk diserahkan kepada Nabi Yusuf. Hal itu ia lakukan semata-mata demi keselamatan dan kepentingan rakyat Mesir yang akan mengalami krisis berat.
Dia berhasil menekan ego dan nafsu berkuasanya. Dia tidak khawatir citra dirinya akan jatuh di hadapan rakyat Mesir. Sifat nasionalisme sejatinya menundukkan sifat tidak baik itu.
Sekalipun kondisi krisis super berat selama tujuh tahun, tapi karena yang memimpin mereka manusia cerdas yang penuh dedikasi dan amanah serta profesional, rakyat Mesir bisa melalui itu semua dengan sangat baik. Bahkan bukan sekedar menyelamatkan diri sendiri, juga bisa membantu menyelamatkan negeri-negeri sekitarnya.
Bisa dibayangkan, paceklik selama tujuh tahun, bukan tujuh bulan apalagi tujuh pekan. Namun rakyat Mesir bisa berlabuh dengan selamat menuju kesuburan dan kegemilangan kembali.
Bisa dibayangkan, bila raja bahlul yang berkuasa pada saat itu, dia akan sibuk mempertahankan kekuasaannya. Sibuk bikin pencitraan sana sini. Akhirnya rakyat Mesir mati satu persatu, dan tidak mustahil akan punah selama tujuh tahun.
Di negeri super kaya dan serba ada saja rakyatnya bisa mati kelaparan dan kemiskinan kentara di mana-mana bila yang menjadi penguasanya adalah seorang bahlul. Apalagi bila kebahlulannya disertai kezhaliman tanpa perasaan.
Amat beruntung rakyat Mesir zaman dulu.