Barang siapa yang berwukuf di Arafah, maka dia telah menunaikan salah satu rukun haji. Sebaliknya, siapa yang tidak wukuf di Arafah maka hajinya batal, dan tidak bisa diganti dengan apapun, kecuali dengan mengulangi lagi ibadah hajinya.
Hari Arafah adalah salah satu hari yang sangat mulia di sisi Allah. Bahkan ada diantara ulama yang menyatakannya lebih mulia dari hari raya Idul Adha. Kemuliaan hari Arafah ini disebabkan adanya keistimewaan yang terdapat pada hari ini yang tidak ada pada hari-hari yang lain.
Di antara keistimewaan hari Arafah adalah:
Pertama, hari Arafah adalah hari disempurnakannya agama Islam dan nikmat Allah.
Hal ini berdasarkan hadits shahihain (Bukhari-Muslim), bahwa Umar bin Khattab menceritakan tentang adanya seorang Yahudi berkata kepada Beliau:
آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
Artinya: “Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya Umar. Ia berkata, “(Ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu, yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi SAW. Beliau berdiri di Arafah pada hari Jum’at.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, hari Arafah adalah hari ‘ied (perayaan) kaum muslimin.
Sebagaimana kata Umar bin Al Khattab dan Ibnu Abbas. Karena Ibnu Abbas berkata, “Surat Al Maidah ayat 3 tadi turun pada dua hari ‘ied: hari Jum’at dan hari Arafah.” Umar juga berkata, “Keduanya (hari Jum’at dan hari Arafah) -alhamdulillah- hari raya bagi kami.” Akan tetapi hari Arafah adalah hari ‘ied bagi orang yang sedang wukuf di Arafah saja. Sedangkan bagi yang tidak wukuf dianjurkan untuk berpuasa menurut jumhur (mayoritas) ulama.
Ketiga, puasa pada hari Arafah akan mengampuni dosa dua tahun sekaligus.
Yaitu diampuninya dosa satu tahun yang berlalu dan dosa setahun yang akan datang. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu Qatadah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Sedangkan puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
Keempat, hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
Artinya: “Tidak ada hari yang Allah paling banyak membebaskan seseorang dari neraka melebihi hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka kepada para Malaikat. Kemudian Allah berfirman: “Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim).
Maksud dari pertanyaan Allah di atas adalah Dia memberikan segala maksud dan keinginan para hambaNya. Disamping itu, Allah SWT juga sangat bangga dengan hamba-hambaNya yang wukuf di Arafah. Diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً
Artinya: “Sesungguhnya Allah berbangga kepada para malaikat-Nya pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata: “Lihatlah keadaan hambaKu, mereka mendatangiKu dalam keadaan kusut dan berdebu.” (HR. Ahmad).
Kelima, doa terbaik adalah doa pada hari Arafah.
Sebab Rasulullah SAW menyatakan bahwa sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah, sebagaimana dalam sabdanya:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِير،ٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه،ُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Doa terbaik adalah doa di hari Arafah, dan sebaik-baik dzikir yang aku ucapkan dan juga diucapkan para Nabi sebelumku adalah,“Laa ilaaha illallah, wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syaiin Qodiir” (Tidak ada yang berhak disembah selain Allah yang satu saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kekuasaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu).” (HR. At-Tirmidzi).
Beruntunglah orang-orang yang bertemu dengan hari Arafah dan dia dalam kondisi melaksanakan berbagai ibadah dan amal shaleh yang terbaik.
Wallahu A’laa wa A’lam.