Sejak aktifitas di masjid dibatasi, kegiatan para Ustadz pun jadi berubah. Ceramah ke masjid sudah tidak bisa lagi. Pengajian rutin batal semuanya. Jadwal ceramah Ramadhan pun di-cancel.
Namun agenda-agenda dakwah tidak boleh berhenti. Amar makruf dan nahi munkar adalah darah yang mengalir dalam tubuh setiap da’i. Berdakwah baginya bukanlah profesi, melainkan tanggung jawab dan amanah di hadapan Allah SWT.
Alhamdulillah kemajuan teknologi informasi telah memberikan solusi bagi para Ustadz dalam berdakwah. Jarak yang jauh dan situasi darurat covid 19 tidaklah menghalangi Ustadz untuk bertemu jamaah dan umatnya.
Berbagai aplikasi telah membuat nuansa dan suasana baru bagi para Ustadz/da’i dalam berdakwah. Semisal zoom meeting, skype, jitsi meet dan lain-lain telah menghiasi layar gadget para Ustadz. Termasuk fasilitas siaran langsung pada aplikasi facebook, Youtube dan Instagram. Disamping itu dakwah secara tulisan atau chating via aplikasi whatsapp dan telegram juga tetap jalan dan eksis.
Rupanya gara-gara semua aplikasi ini, jadwal kajian menjadi lebih padat. Permintaan datang silih berganti. Ada yang meminta jadwal pagi, ada yang siang, sore dan bahkan malam sehabis Isya juga banyak.
Permintaan kajian kepada para Ustadz ini datang dari berbagai komunitas, jamaah masjid, profesi, kelompok kajian mahasiswa, bahkan sampai lintas kota, provinsi, sampai luar negeri. Tergantung relasi dan daya “jelajah” serta “jam terbang” Ustadz terkait.
Bagi para Ustadz, bila datang permintaan kajian atau ceramah memakai audio visual, akan menimbulkan beberapa masalah. Terutama bagi para Ustadz yang memang belum terbiasa memberikan kajian audio visual.
Diantara masalah yang dihadapi para Ustadz adalah belum fasih teknologi. Sehingga tidak lancarnya sang Ustadz menggunakan aplikasi. Ada juga yang memori gadgetnya sudah penuh sehingga tidak bisa lagi memasang beberapa jenis aplikasi. Kadang terpaksa bongkar pasang aplikasi untuk mencocokkan dengan audiens.
Bila aplikasi sudah ready, Ustadz mesti siapkan dulu view atau background yang “pas”. Di tengah suasana semua lagi WFH, tentu kondisi rumah juga kurang ideal. Ada yang memakai salah satu dinding terbaik di rumahnya, ada yang pakai kain gorden jendela, ada yang pakai sajadah bermotif Masjidil Haram, ada juga yang menjadikan lemari bukunya sebagai latar belakang.
Belum lagi pilihan pakaian dan penampilan. Tentu pakaian harus rapi, necis dan enak dipandang. Dan ini bukan karena apa-apa, lebih kepada menjaga muruah dan wibawa sang Ustadz.
Masih manding kalau kajiannya hanya audio. Ustadz lebih santai. Bisa sambil duduk bebas, di ruang tamu, di balkon rumah, atau mungkin di atas kasur di dalam kamar. Bahkan kadang bisa di belakang dapur. Yang penting nyaman dan tenang. Pakaian dan penampilanpun tidak terlalu masalah. Pakai baju kaospun bisa. Tidak nyisir rambut juga gak bakal kelihatan.
Yang paling enak itu kalau kajiannya via chating whatsapp atau telegram. Moderator membuka acara dan memperkenalkan Ustadz kepada anggota group. Lalu Ustadz mengirimkan tulisan sesuai tema yang sudah disepakati. Maka semua anggota group diberi waktu sekitar 10 sampai 15 menit untuk membaca dan memahami tulisan tersebut.
Sembari menunggu mereka membaca, Ustadz pun bisa melakukan aktifitas lain. Bisa makan, minum, bercengkrama dengan anak-anak dan keluarga. Bahkan kalau belum mandi, masih sempat untuk mandi dulu. Sangat fleksibel. Setelah itu baru kemudian sesi diskusi dan tanya jawab.
Dengan aplikasi dan kemudahan teknologi informasi ini, para Ustadz sangat bersyukur. Karena masih bisa terus melanjutkan amal shaleh dan dakwahnya. Sehingga umat tetap dekat dengan Ulama dan tetap mendapatkan pencerahan. Ada yang unik juga dalam kajian online ini, dimana setelah kajian, ada moderator acara menjapri sang Ustadz. Beliau menyampaikan bahwa ada sedikit voucher bagi Ustadz. Barangkali untuk mengganti paket data para Ustadz agar dapat melanjutkan dakwahnya.
Iktikad baik ini tentu perlu diapresiasi. Karena memang tidak sedikit Ustadz yang juga terdampak secara ekonomi akibat covid 19 ini. Walaupun para Ustadz tidaklah meminta atau mencari itu semua. Sangat banyak yang tetap tulus dan ikhlas serta menyembunyikan kesulitannya.
Waffaqanallahu fiimaa yuhibbuhu wa yardhah.