Semua orang merendahkan diri kepada Allah swt, memohon dengan sangat kepada-Nya. Tepat malam Jumat, 17 Ramadhan tahun ke dua hijrah kaum Muslimin menyiapkan dirinya untuk menghadapi pasukan Quraisy di Badar. Musuh di depan mata, Rasulullah saw menggenggam kerikil dan melemparkannya ke arah kafir Qurasiy seraya berkata, “Hancurlah wajah-wajah mereka.” Berkat Kuasa-Nya, ratusan pasukan berhasil menaklukan ribuan. Bulan Ramadhan telah memberi kekuatan dan wasilah kemenangan Islam.
Pada bulan Ramadhan tahun ke delapan dari hijrahnya sang Nabi, kafir Quraisy bersekongkol mempermainkan janji damai yang disepakati saat Hudaibiyah. Namun ini sudah menjadi jalan terbaiknya. Rasulullah saw mengerahkan pasukan di bawah pimpinan seorang pahlawan berjuluk pedang Allah. Mereka pun berhasil menaklukan Mekah dan berhala-berhala dirobohkan. Mereka yang dahulu mengusir, menyakiti bahkan berencana membunuh Muhammad saw, kini tidak berdaya dan cemas. Bisa saja ia membunuhnya, namun dengan belas kasihan mereka dibebaskan.
Kemudian, kisah fenomenal penaklukan Andalusia terjadi pada bulan Ramadhan tahun 92 Hijriyah. Malik bin Nuwairah menunjuk Thariq bin Ziyad untuk segera menyebrangi selat. Bisa dikatakan penaklukan ini telah membuka perjalanan Islam di negeri Andalusia. Sebuah ekspedisi yang direncanakan dengan matang. Sebuah rencana yang orang sekarang menyebutnya dengan ‘strategi penjepit’. Thariq menempuh satu rute dan Malik menempuh rute lain, lalu bertemu di suatu kota hingga berhasil menguasai hampir seluruh negeri Andalusia.
Bulan Ramadhan juga menjadi saksi sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Dimulai dari dibentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, hinga Jepang menyerah pada Sekutu. Kemudian 17 Agustus 1945, tepat bulan Ramadhan, Ir Soekarno membaca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan yang megah tepat Allah swt berikan kepada rakyat Indonesia di bulan yang penuh anugerah dan berkah.
Ya, sejarah menjadi saksi bahwa Ramadhan merupakan bulan kemenangan bagi umat Islam. Kemenangan yang telah dilalui itu memang anugerah. Allah swt berikan itu semua di bulan Ramadhan sebagai berkah dari dilipatgandakannya pahala dalam setiap kebaikan. Sebab itu Abu Bakar pernah berpesan kepada Khalid bin Walid, “Kalian orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Tapi, kalian pasti dapat dikalahkan walaupun jumlah kalian lebih banyak melebihi jumlah musuh jika kalian terlibat dalam dosa”
Selain perang beradu pedang, ada perang lain yang harus dilalui kaum Muslimin. Yaitu perang melawan hawa nafsu. Inilah perang yang sesungguhnya. Perang yang tidak banyak orang menyadarinya. Tidak banyak dari kita menyadari, hati yang terus digerogoti syahwat, hingga jiwa kosong tanpa iman. Bolehlah kita menelaah substansi dari sebuah hadits, “Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lantas sahabat bertanya ‘Apakah pertempuran yang lebih besar itu wahai Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘Jihad melawan hawa nafsu’.
Mungkin inilah kunci kemenangan Umat Islam, bulan suci Ramadhan menunjukan magisnya. Karena hadirnya momentum beramal, setan-setan yang dibelenggu dan motivasi surga yang dibuka seluas-luasnya. Sehingga dosa mulai terasingkan, ia seperti virus yang kehilangan tempat untuk berkembang biak. Karena itu pertempuran besar di bulan Ramadhan bisa dimenangkan, karena prajurit sudah lebih dulu memenangkan pertempuran yang lebih besar. Yaitu pertempuran melawan hawa nafsu.
Ujian melawan hawa nafsu bukan hal yang mudah. Inilah ujian sesungguhnya yang gentayangan selama hidup kita. Ya, selamanya. Namun, Maha Baik Allah yang telah memberi kita ruang dan waktu di bulan suci ini, sehingga lebih mudah kita menang melawannya. Kita sedang berada dalam ruang dimana orang-orang serentak melakukannya, hingga kita hanyut dalam arus kebaikan. Sekaligus kita berada dalam waktu yang Allah suguhkan beragam keutamaan untuk kaum Muslimin melawan musuh terbesar kita, hawa nafsu. Inilah kesempatan kita meraih kemenangan.
Wallahua’lam bisshowab.