“kita hidup di dalam kurungan di mana pintu terbuka luas” (j.B Preastley)
Masalah yang dialami oleh manusia dengan segudang kompleksnya keberagaman hanyalah terletak pada komunikasi. Di manapun itu, konflik horizontal maupun vertikal, nasional dan internasional, suku, agama, ras, dan adat istiadat semuanya berlawal dari buruknya komunikasi yang dibangun‒ merangkak menciptakan krisis multidimensi. Maka dari itu, dibutuhkan momen yang yang cocok untuk merubah krisis tersebut menjadi momentum integrasi sosial.
Dengan dijadikannya Bahasa Arab sebagai Bahasa kedua yang dilegitimasi setelah Bahasa Inggris di dunia internasional, agaknya kita bisa mengetahui bahwa publik internasional perlahan telah menyadari bahwa permasalahan global khususnya dalam hal kemanusian kini terpusat di negeri- negeri bermayoritas muslim, khususnya Timur Tengah.
Tak heran, disintegrasi yang mewabah di sana disusun jadi permasalahan yang penting untuk dicarikan jalan keluarnya. Usaha mencari solusi yang diperjuangkan tersebut sampai pada titik pencarian pada momen dan timing yang pas‒ di mana setiap muslim agaknya dapat terintegrasi dengan sendirinya, merasa bersatu di tengah seteru, kapan momen dan waktu yang tepat itu?
Maka ditemukanlah satu bulan di mana setiap muslim terlihat bersemangat menyatukan kembali puzzle persatuannya, yang telah porak poranda disebabkan konflik berkepanjangan yang menguras tenaga serta pikiran. Ialah bulan Ramadhan, bulan yang suci penuh keberkahan.
Ramadhan bagi dunia Islam adalah tentang pembangunan komunikasi di tengah jurang disintegrasi. Bulan yang mulia ini menyatukan kita yang terkadang berbelit menjadi terurai, terbakar emosi kemudian saling peluk memaafkan, adu jotos kemudian saling bersalam- salaman, itulah Ramadhan, bulan cinta dan kasih sayang.
Bukan hanya bagi muslim, bulan ini juga akhirnya jadi momentum persuasif warga dunia untuk memperbaiki pandangan terhadap citra Islam yang telah banyak didistorsi oleh orang-orang tak bertanggung jawab untuk menebar kebenciaan.
Karenanya tak heran apabila belakangan hari ini kita menyaksikan bagaimana ruh Ramadhan ini kini bukan hanya dimiliki oleh umat Islam secara internal, namun juga telah menyebar menembus jendela teritori dunia, meresap ke dalam relung jiwa setiap manusia, mengakar dan tumbuh besar menjulang hingga menghasilkan buah-buah kedamaian yang diharapkan setiap insan di muka bumi.
Kita lihat bagaimana Samir Nasri setelah mencetak gol kemudian menampakan tulisan Eid Mubarok di hadapan khalayak ramai Hooligan , Presiden Obama mengucapkan selamat berpuasa kepada muslim di setiap belahan dunia khususnya Amerika, Chris Martin Vokalis Coldplay mengemukakan ketertarikanya pada puasa, Vin Diesel mengakui kekagumanya dengan konsep puasa yang mengajarkan makna kedisiplinan.
Dan yang terbaru, Walikota Kanada mau mencoba ikut berpusa, artinya apa? Kita sedang menyaksikan bagaimana spirit of Ramadhan menjadi perantara komunikasi yang menjembatani batas- batas primordial dan teritorial untuk menjadi awan yang menaungi umat manusia secara integral dan universal.
Allahu a’lam
*Dimuat pertama kali pada 17/05/18