Seorang wanita Palestina dari Suriah telah menjadi pengungsi pertama yang tinggal di sebuah kamp di Lebanon yang dinyatakan positif mengidap virus korona, kata badan PBB untuk para pengungsi Palestina dan menteri kesehatan Lebanon, Rabu.
Ini memicu serangkaian pengujian untuk menentukan apakah warga lain telah terinfeksi.
UNRWA mengatakan wanita itu tinggal di Wavel, satu-satunya kamp Palestina di wilayah Bekaa, Lebanon timur.
Dikatakan bahwa semua tindakan yang diperlukan telah diambil dan pasien dipindahkan ke Rumah Sakit Rafik Hariri yang dikelola pemerintah di Beirut. Selain itu, dikatakan juga bahwa badan tersebut akan menanggung biaya perawatannya.
Lebanon adalah rumah bagi lebih dari 1 juta pengungsi Suriah dan warga Suriah lainnya yang berstatus sebagai penduduk. Negara ini juga menampung puluhan ribu pengungsi Palestina dan keturunan-keturunan mereka, kebanyakan dari mereka tinggal di kamp-kamp kumuh tanpa akses ke pelayanan publik, dengan kesempatan kerja yang terbatas, dan tidak ada hak untuk memiliki sebuah benda (hak kepemilikan).
Mereka tidak memiliki akses ke layanan publik, kesempatan kerja terbatas dan tidak memiliki hak kepemilikan.
Negara kecil itu telah mencatat 22 kematian dari sekitar 682 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi.
Dua puluh dua kematian itu termasuk satu warga Palestina yang tinggal di luar kamp, dan tiga warga Suriah yang dinyatakan positif. Pengumuman pada hari Rabu adalah pengumuman pertama yang melibatkan seorang pengungsi yang tinggal di dalam kamp.
Kurangnya pengujian
Kurangnya pengujian telah memicu kekhawatiran di antara jutaan orang terlantar di seluruh dunia, yang umumnya berada di dalam kamp-kamp pengungsi dan pemukiman informal. Pengumuman hari Rabu memicu kekhawatiran di Lebanon, di mana kelompok-kelompok hak asasi manusia telah lama mengutuk tindakan diskriminatif terhadap pengungsi.
Kebanyakan orang yang terinfeksi mengalami gejala ringan hingga sedang.
Tetapi virus ini dapat menyebabkan penyakit parah dan menyebabkan kematian, terutama di antara orang tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan. Penyakit ini sangat menular dan dapat disebarkan oleh mereka yang tampak sehat.
UNRWA mengatakan akan membawa tim dari rumah sakit Rafik Hariri ke kamp Wavel di wilayah Baalbek Bekaa, untuk melakukan tes.
Huda Samra, penasihat komunikasi untuk UNRWA di Lebanon, mengatakan bahwa meskipun tidak ada penyaringan yang terjadi di antara para pengungsi Palestina di Lebanon, pengujian virus sedang dilakukan pada para pengungsi yang menunjukkan gejala Covid-19. Dia mengatakan agen itu berkomitmen untuk membayar semua biaya pengujian dan rumah sakit.
“Lembaga tersebut melakukan segala yang diperlukan untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada keluarga pasien untuk memungkinkan mereka mengisolasi diri dengan semua pengaturan yang diperlukan dan untuk mengamankan kebutuhan yang diperlukan,” kata UNRWA pada hari Rabu.
Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan mengatakan kepada wartawan bahwa dua tim dari kementerian menuju ke Lembah Bekaa pada rabu pagi, satu ke Rumah Sakit Umum Baalbek dan satu lagi ke kamp Wavel di mana mereka akan mengambil sampel uji.
Kasus-kasus pengungsi akan diperlakukan persis seperti rekan-rekan Lebanon mereka, kata menteri tersebut, komentar yang tampaknya dilontarkan untuk menanggapi pertanyaan kelompok hak asasi manusia tentang kemampuan Lebanon untuk menyediakan perawatan kesehatan untuk para pengungsi.
Pembatasan diskriminatif
Awal bulan ini, Human Rights Watch mengatakan setidaknya terdapat 21 kota di Lebanon yang memberlakukan pembatasan diskriminatif terhadap pengungsi Suriah yang tidak berlaku untuk warga Lebanon sebagai bagian dari upaya untuk memerangi Covid-19, kondisi yang melemahkan respons kesehatan masyarakat di negara itu.
Wilayah Baalbek adalah salah satu distrik yang paling tidak terinfeksi di Lebanon, dengan kurang dari lima kasus, menurut statistik pemerintah.
Juga pada hari Rabu, Iran melaporkan 94 kematian lebih dari virus, dengan jumlah kematian di negara itu sekarang mencapai 5.391, dari 85.996 kasus yang terkonfirmasi. Iran adalah negara yang paling terpukul di Timur Tengah dan memiliki salah satu wabah virus korona terburuk di dunia.
Sumber: TRT World.