Sejak meledaknya kasus penyebaran Virus Korona, PBB telah menyerukan gencatan senjata di seluruh wilayah konflik untuk meminimalisir penyebaran yang hingga kini belum terlihat akhirnya. Berikut adalah ulasan mengenai dampak virus Korona pada perkembangan konflik di Timur Tengah:
Yaman
Korban Konflik: Lebih dari 100.000 jiwa sejak 2005
Kasus Virus Korona: 1
Kematian Akibat Virus Korona: 0
Koalisi Militer yang dipimpin Saudi dalam penyerangan pada Pemberontak Houthi telah mengumumkan dua pekan gencatan senjata di negara termiskin dunia Arab tersebut.
Pengumuman ini memberikan sedikit harapan bagi konflik yang sudah berlangsung selama lima tahun ini.
Yaman mengumumkan kasus virus Korona pertama pada hari Jum’at di Provinsi Selatan yang berada di bawah pemerintahan. Kasus ini menumbuhkan rasa takut akan penyebaran besar yang akan terjadi.
Yaman sendiri ada di dalam kondisi yang mengenaskan, infrastruktur kesehatan yang telah runtuh, air yang langka, dan juga adanya 24 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan menggambarkan dengan jelas situasi Yaman hari ini.
Suriah
Korban Konflik: Lebih dari 400.000 jiwa
Kasus Virus Korona: 19
Kematian kasus Korona: 2
Kesepakatan Gencatan Senjata antara Turki dan Rusia di Suriah dicapai bersamaan dengan dimulainya Pandemi Virus Korona di Suriah.
Tiga juta jiwa yang tinggal pada wilayah Gencatan Senjata, yaitu di daerah barat laut Idlib, memiliki sedikt harapan Gencatan Senjata ini akan bertahan.
Belum lagi, ketakutan akan penyebaran Virus Korona di seantero Negeri yang sedang berada di tengah konflik ini memperparah situasi kemanusiaan di sana.
Menurut Syrian Observatory for Human Right, bulan Maret kemarin menunjukkan angka kematian terkecil sejak konflik Suriah pecah pada tahun 2011 silam, yaitu dengan 103 kematian.
Kapabilitas para pemangku kebijakan yang kini ada di Suriah -Rezim Damaskus, Grup Teror PKK/YPG, dan Aliansi Oposisi- menjadi kunci untuk penanganan penyebaran Virus Korona ini.
Pandemik ini bisa juga memaksa perginya pasukan Amerika Serikat dari Suriah, beriringan dengan adanya Mobilisasi Global semenjak munculnya Pandemi.
Libya
Korban Konflik: ada di angka ratusan (Tidak dapat dikonfirmasi secara resmi)
Kasus Virus Korona: 24
Angka Kematian Virus Korona: 1
Hari-hari ini, Tripoli masih saja diramaikan dengan pertempuran bersenjata. Adanya Penyebaran virus Korona sepertinya belum cukup untuk menghentikan konflik ini.
Para pemain utama konflik di Libya pada akhirnya menyambut baik seruan Gencatan Senjata dari Amerika Serikat, meski demikian, pertempuran masih saja terjadi kembali.
Pertempuran pada hari senin merusak Rumah Sakit Tripoli, dimana Pasien Covid19 sedang dirawat, sebagaimana yang disampaikan oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi.
Negara-negara barat adalah negara-negara yang paling banyak terkena dampak dari Virus Korona, hal ini bisa memaksa mereka mengalihkan sumber dayanya dari konflik eksternal.
The International Crisis Group telah melaporkan bahwa para pemangku kebijakan di negara-negara Eropa tidak lagi menjadikan isu Libta sebagai isu sentral sejak masa Pandemi.
Iraq
Korban Konflik: Hampir 300.000, sejak tahun 2003
Kasus Korona: 1232
Angka Kematian: 69
Iraq sudah tidak lagi benar-benar ada dalam konflik, meski begitu, ancaman kemunculan kembali ISIS di beberapa wilayah di Iraq masih cukup membuat khawatir masyarakat.
Iran dan Amerika Serikat adalah salah dua dari negara yang paling terdampak Virus Korona, meski begitu pandemi ini tidak menghentikan keduanya dari usaha untuk mengusai kilang minyak Iraq.
Sebagian besar koalisi non-Amerika Serikat sudah menarik diri dan dievakuasi, sementara personel militer Amerika masih berkumpul di beberapa wilayah di Iraq.
Washington telah menyiapkan misil Patriot Air Defence, hal yang juga menumbuhkan kekhawatrikan munculnya eskalasi di Tehran, yang mana dapat berdampak pada Iraq.
Palestina (Tepi Barat, Gaza)
Kasus Korona: lebih dari 250 di Tepi Barat/ 12 di Gaza
Angka Kematian: 0
Munculnya Pandemi Virus Korona tidak memberikan titik cerah bagi konflik Palestina-Israel. Bahkan, Israel melanjutkan serangannya pada kota dan pedesaan di wilayah terjajah Tepi Barat. Selain itu, permintaan untuk mengeluarkan 5000 tahanan Palestina di Penjara Israel pun ditolak.
Palestina juga telah mengajukan permohonan bantuan sebesar 137 Juta dolar untuk mengatasi permasalahan pandemi. Meski begitu, hingga kini masih terdapat sedikit bantuan disebabkan sedang tidak stabilnya perekonomian di barat dan juga belahan dunia lainnya.
Bulan depan, pemerintah Palestina kemungkinan akan kesulitan untuk membayar penuh gaji para pekerjanya. Sementara puluhan ribu rakyat Palestina yang bekerja di Israel kini telah pulang dan tidak akan menerima pembayaran selama masa krisis. Meski dengan isu Korona, Israel dan Palestina sepertinya tidak akan menghentikan konflik yang telah mengakar sejak lama itu.
Sumber: TRT World