“Wahai anakku! Sesungguhnya jika ada sesuatu sebesar biji sawi dari dalam batu ataupun di semua langit ataupun di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya. Sesungguhnya Allah itu adalah Maha Luas, Maha Teliti,” (Luqman : 16)
Ketiga, tanggung jawab dan rendah hati. Menurut Buya Hamka sesuatu itu berarti sebuah amalan, sesuatu usaha, amal dan kebajikan. Bisa kita selami makna ayat tersebut, Luqman mengajarkan anaknya agar bertanggung jawab dan rendah hati dalam setiap amalan yang diperbuat. Luqman al-Hakim mendidik dan menyadarkan bahwa tidak selamanya anak hidup dengan orangtuanya. Urusan seorang anak akan jadi urusannya sendiri kelak di hari akhir.
Masa-masa kemanjaan akan berakhir, anak harus menghadapi dunianya sendiri dengan worldview (sudut pandang) Islam yang dimiliki. Anak tidak mungkin selamanya dalam pangkuan, lagi pulan dunia terus berubah, namun dasar-dasar Islam tak pernah berubah. Sudut pandang inilah yang seharusnya diajarkan orangtua.
Tanggung jawab bukan soal soal etika manusia menanggung segala sesuatunya yang telah diperbuat. Kalau begitu orang kaya leluasa dengan hartanya menanggung kesalahan yang dilakukan terus-menerus. Ada kalanya orangtua menjelaskan sebagaimana Luqman al-Hakim mendidik. Bagi seorang muslim tanggung jawab merupakan kesadaran penuh bahwa sebuah perbuatan sebiji dzarrah pun akan ada balasannya di hadapan Allah Swt, Allah Swt Maha Luas dan Maha Teliti.
Maka amalan yang kecil sebesar biji sawi itu, yang jauh tersembunyi di dalam batu, sehingga tidak ada orang yang melihatnya ataupun mengetahuinya. Bahkan entah lebih jauh terletaknya di salah satu langi yang tujuh tingkat, di muka bumi yang memngandung lima benua dan lautan besar, dan manusia tidak tahu, namun Allah Swt tahu juga. Sebab Dia yang empunya, Dia yang Maha Mengetahui.[1]
Masa kemanjaan akan habis, sedangkan sudut pandang Islam akan selamanya. Didiklah anak tentang tanggung jawab. Setiap perbuatan ada balasannya, baik kepada sesame atau kepada Allah swt. Jangan biarkan buah hati terlena melakukan perbuatan tercela, lalu lari dari tanggung jawab dan akhirnya merengek minta bantuan orangtua. Memanen ketegasan sejak dini akan menuai sikap tanggung jawab kelak. Karena setiap amalan ada balasannya, balas dibalas baik, buruk dibalas buruk.
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah : 7-8)
Dalam ayat yang sama, sang ahli hikmah juga mendidik anaknya agar bersikap rendah hati. Dalam artian tidak semua jerih payah yang dilakukan, prestasi yang diraih akan dihargai dalam pandangan manusia. Karena manusia melihat sangat sempit, sedangkan Allah swt Maha Luas lagi Maha Mengetahui. Tidak ada yang perlu disombongkan saat hidup di dunia. Tak sedikitpun dari penghasilan kita ambil ke liang lahat kecuali amalan.
Al-Fudail ibnu Iyad pernah mengatakan, “Jika engkau mampu untuk tidak dikenal, lakukanlah. Tidaklah membahayakan dirimu bila dirimu tidak dipuji, dan tidaklah membahayakanmu bila kamu dicela di mata manusia, tetapi disukai di sisi Allah.”[2]
Rasulullah saw bersabda, “kalau sesungguhnya seorang kamu beramal di dalam batu granit, tidak ada padanya pintu dan tidak ada padanya lobang, namun amalnya itu akan keluar juga kepada manusia, bagaimana jua pun adanya”. (HR. Imam Ahmad)
Banyak di dunia ini yang memiliki peran penting bagi masyarakat, namun masyarakat sendiri luput dari peran itu. Saat menikmati sarapan pagi, bukahkah penting jasa seorang petani? Bukankah penting jasa penjual beras? Kalaulah tidak ada petani, tidak ada juga manusia yang menikmati makannya dengan nasi. Pangkat jadi presiden itu penting, namun sopir yang membawa presiden pun penting pula.
Sejak dini harus ditanamkan sikap rendah hati, bahwa tidak semua peran, amal yang kita lakukan akan selalu dipandang manusia, lalu mendapat pujian. Tidak selalu. Sehingga tidak ada yang bisa kita sombongkan dari semua amalan-amalan yang ada. Akan tetapi, anak harus ditempa agar tidak pesimis. Sebab peran atau amalan sekecil dzarrahpun pasti akan diberi balasan dari Allah swt.
Wallahua’lam bisshowab.
[1] Tafsir Al-Azhar
[2] Tafsir Ibnu Katsir