KAIRO-Penapembaharu, Bulan paling suci ramadhan dalam ajaran Islam adalah bulan yang penuh berkah , tak terkecuali bagi para pelaku usaha, ia merupakan moment yang tepat untuk meraup keuntungan baik dalam skala makro maupun mikro. Banyak analisa media ternama, tahun ini bisa jadi tahun yang sangat sulit bagi dunia usaha khususnya di negara-negara Muslim.
Menjelang bulan ramadhan yang hanya menyisakan dua pekan lagi, Ditambah dengan pemberlakuan “lockdown” yang ditujukan untuk menghentikan laju pennyebaran virus corona yang masih diberlakukan di hampir seluruh negara tak terkecuali negara-negara bermayoritas muslim — menambah kecemasan para pelaku usaha muslim yang biasanya ramai dengan usaha di berbagai jenis produk baik kuliner,pakaian, dan aksesoris hari raya.
Pemerintah di seluruh dunia telah memberlakukan shutdown dan jam malam untuk membuat orang tetap berada di dalam rumah untuk mengurangi penyebaran penyakit Covid-19 , yang telah menewaskan hampir 90.000 dalam hitungan bulan.
Tindakan karantina telah menyebabkan PHK yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika Serikat dan Eropa karena hari ini bisnis menghadapi penurunan besar dalam permintaan barang dan jasa mereka.
Di negara-negara Muslim, dampak pandemi ekonomi bisa parah karena mereka terhuyung-huyung dari utang yang tinggi atau memiliki basis ekspor yang sempit.
Di bulan ramdahan di hampir seluruh negara muslim makan saat berbuka puasa adalah pemandangan umum selama Ramadhan dari Jakarta di Indonesia ke Tripoli di Lebanon, dan tentunya hal ini memberikan pendapatan tambahan bagi penjual makanan.
Di Dubai, Tenda Ramadhan khusus diselenggarakan untuk hidangan Iftar dan Suhur.
Diperkirakan bahwa Muslim di Inggris saja menambahkan $ 250 juta ke PDB nasional pada bulan tersebut. Di Malaysia, pengeluaran ini mencapai $ 4 miliar dan orang-orang Mesir menghabiskan $ 94 juta sehari untuk makanan selama sebulan.
Dengan ditutupnya sebagian besar penerbangan internasional tak terkecuali, Arab Saudi menghentikan kegiatan umrah, yang dilakukan jutaan Muslim bulan ini. dan kemungkinan juga ia akan menunda pelaksaan haji tahun ini, yang seharusnya dimulai pada bulan Juli mendatang. hal ini tentu berpengaruh bagi industri perhotelan Arab Saudi.
Agen Travel di negara-negara Muslim lainnya sedang memperbaiki suspensi Umrah karena mereka telah melakukan pembayaran untuk tiket pesawat, kamar hotel dan transportasi. KBIH sendiri memperkirakan bahwa para anggotanya secara kolektif harus membayar tagihan $ 71 juta untuk mengganti biaya perjalanan Umrah yang telah dibatalkan.
*Sumber dari berbagai media