PENAPEMBAHARU.COM — Sebuah makalah penelitian Israel menyimpulkan motif yang membuat Arab Saudi lebih dekat dengan Israel, mengingat ketidakstabilan situasi di Teluk Arab dan keadaan ketegangan di kawasan itu, terutama antara Arab Saudi dan Iran.
Makalah penelitian yang dikeluarkan oleh Universitas Ibrani Barilan menyampaikan bahwa perubahan sikap Amerika terhadap Kawasan, telah menyebabkan adanya kekosongan keamanan dalam menghadapi menguatnya pengaruh Iran, yang berkontribusi pada penguatan hubungan antara Arab Saudi dan Israel.
Menurut makalah penelitian tersebut, perjanjian nuklir Iran adalah motif pertama di balik promosi hubungan Saudi-Israel, dan mengindikasikan bahwa hubungan mulai memanas beberapa saat, sebelum kedua pihak khawatir tentang keputusan pemerintah Amerika sebelumnya terhadap Iran, lebih dari itu Riyadh dan Tel Aviv sepakat tentang perlunya langkah-langkah ketat dalam melawan Iran, serta penentangan keduanya terhadap perjanjian nuklir Iran.
Penelitian itu juga menegaskan bahwa terlepas dari perjanjian ini, campur tangan Israel secara langsung dalam konflik Saudi-Iran tidak dapat dipertanyakan, karena itu akan membuat Tel Aviv mengalami bahaya besar. Sebagaimana menegaskan bahwa negara-negara Teluk yang bersekutu dengan Arab Saudi menginginkan peran Washington di Kawasan.
Tetapi masalah ini menjadi lebih rumit daripada masalah sebelumnya, bukan hanya karena Amerika sudah bosan dengan partisipasi militer dalam banyak konflik yang terjadi, tetapi karena Presiden Donald Trump telah menjelaskan bahwa dia tidak ingin berpartisipasi di Kawasan untuk prioritas lain.
Masih menurut penelitian itu, motif kedua di balik penguatan hubungan Saudi Israel adalah citra kepemimpinan Saudi yang “terdistorsi”, setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di markas besar kedutaan besar Saudi di Turki, bersama dengan kejahatan Saudi di Yaman, yang mendorong Riyadh melontarkan sebuah inisiatif perdamaian dengan Israel.
Langkah ini akan mengangkat citra Saudi dihadapan Washington, sambil menawarkan berbagai keuntungan potensial lainnya.
Juga terkait dengan kerugian keuangan yang besar Arab Saudi sebagai akibat dari penargetan Aramco baru-baru ini oleh Houthi di Yaman, yang dituduhkan Arab Saudi kepada Iran. Tentu saja hal tersebut telah memperkuat pilihan Arab Saudi untuk bergerak ke jalur ekspor alternatif untuk minyaknya, melalui inisiatif perdamaian dengan Israel.
Makalah tersebut mempertimbangkan bahwa motif ketiga di balik memperkuat hubungan Saudi-Israel adalah “rute ekspor alternatif”, dan bahwa Arab Saudi sudah berbicara dengan “Israel” tentang pipa ke Eilat, yang menyatakan bahwa “jalan ini dapat dikembangkan sebagai cara alternatif untuk mengangkut minyak Saudi ke Pelabuhan Haifa” , Dan kemudian ekspor ke Eropa, karena cara ini akan lebih aman dan lebih cepat. ”
Penelitian itu juga mencantumkan bahwa “Jalur baru ini menjamin ekspor Saudi ke Barat, tanpa ancaman Iran di Selat Hormuz atau Selat Bab al-Mandab di Laut Merah.”
Makalah penelitian berharap bahwa “jalun ini mampu membuka dunia baru untuk pasar ekspor bagi Arab Saudi.” hal ini menunjukkan bahwa Riyadh saat ini tengah mempertimbangkan untuk mengimpor gas alam– pada waktu yang tepat– untuk mengembangkan cadangan gas alamnya, yang sekarang menduduki peringkat terbesar kelima di dunia.
Penelitian itu menampaikan bahwa Riyadh akan melakukan segala upaya untuk mengurangi setiap ancaman– terutama ancaman Iran—meski harus menjalin persahabatan dengan Israel.
Sumber: paltoday.ps