Kalau dalam buku As Syira’ Al Fikri fil Biladi Al Musta’marah (Perang Pemikiran di Negeri Terjajah) Malik Bi Nabi menjelaskan tetang prinsip-prinsip umum dalam perang pemikiran, maka buku Fi Mahabbi Al Ma’rakah (Di Arena Perang Pemikiran), beliau memaparkan contoh-contoh terapan dari prinsip-prinsip perang pemikiran itu —yang beliau alami dan temukan di arena perang pemikiran.
Perang Pemikiran murupakan bagian dari proyek pemikiran Malik Bin Nabi. Kelebihan Malik Bin Nabi dari para pemikir lainnya dalam kajiannya tentang tema ini, beliau mampu menyingkapkan kepada kita tentang hakikat dan urgensi perang pemikiran, sebagaimana ia mampu mengunduh prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang diterapkan oleh musuh Islam di arena Perang Pemikiran.
Oleh karena itu kajian Malik Bin Nabi tentang Perang Pemikiran adalah kajian ilmiyah, filosofis, mendalam, objetif dan didisarkan pada pengalaman hidup beliau selama berpetualang di arena Perang Pemikiran. Hal inilah yang menjadi motif penulis mengangkat tema ’Perang Pemikiran dalam Persepektif Malik Bin Nabi’ sebagai tesis penulis di program Master.
Kalau dalam buku As Syira’ Al Fikri fil Biladi Al Musta’marah (Perang Pemikiran di Negeri Terjajah) Malik Bi Nabi menjelaskan tetang prinsip-prinsip umum dalam perang pemikiran, maka buku Fi Mahabbi Al Ma’rakah (Di Arena Perang Pemikiran), beliau memaparkan contoh-contoh terapan dari prinsip-prinsip perang pemikiran itu —yang beliau alami dan temukan di arena perang pemikiran.
Sang Filosof Islam abad kebangkitan ini berkata dalam pegantar buku Di Arena Perang Pemikiran ini:
“Ide Perang Pemikiran terbentuk dalam pemikiran saya pada kondisi tertentu, dan pada pengalaman pribadi yang tidak bisa disbutkan secara mendetail kecuali ketika dibutuhkan saja, sedangkan penjabarannya secara mendetail kami urungkan karena dua sebab; 1) Penjabaran seperti ini akan lebih baik kalau ditulis dalam kitab Mudzakiraat (Memoar). 2) Karena penjabaran secara mendetail tidak akan diterima pembaca ketika penjajah menganggapnya sebagai sesuatu yang dibesar-besarkan dan menyimpan maksud tertentu, hingga penulispun berada pada posisi yang salah ketika menjabarkannya kepada pembaca dengan tujuan untuk memberi manfaat.”
“Tehnik Perang Pemikiran menuntut kita untuk tidak menyebutkan setiap peristiwa yang berhubungan dengannya, sebagaimana menentut untuk tidak menyebutkan setiap situasi yang meliputinya pada waktu tertentu.”
“Oleh karena itu, ada batasan tertentu yang harus ditaati, batasan antara ifrat (terlalu berlebihan) hingga dimanfaatkan penjajah menjadi sesuatu yang dibesar-besarkan, dan antara tafrith (tidak sama sekali) yang juga akan dimanfaatkan oleh penjajah sebagai suatu sikap diam terhadap kebenaran yang seharusnya dikatakan.”
Inilah yang menjadi alasan kenapa dalam buku Perang Pemikiran di Negeri Terjajah Malik bin Nabi tidak menceritakan bentuk-bentuk perang pemikiran yang beliau alami selama bergelut dalam dunia pemikiran. Namun beliau memilih menceritakannya di dalam buku lain yaitu “Di Arena Perang Pemikiran” dan Memoar Saksi Sejarah Abad Ini (Mudzakirat Syahid Lil Qorni).
Lebih lanjut Malik Bin Nabi mengatakan bahwa buku Di Arena Perang Pemikiran—bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh kepada pembaca tentang Perang Pemikiran, Setelah memahami kaidah dan tehnik perang pemikiran dalam buku Perang Pemikiran di Negeri Terjajah, maka akan dilengkapi dengan bentuk-bentuk dan contoh kongkrit dari perang pemikiran yang beliau tuliskan di dalam buku Di Arena Perang Pemikiran.
Buku ini memuat artikel-artikel Malik Bin Nabi yang merupakan unsur-unsur yang membentuk Perang Pemikiran dan realitas kesehariannya. Realitas yang ingin dibungkam oleh para penjajah agar tidak dapat diketahui oleh publik, agar pemikiran terbelenggu oleh belenggu realitas, agar politik dibiarkan menjadi pasar yang di dalamnya diperjual-belikan tokoh-tokoh, agar aktivitas social menjadi terhenti karena suatu ketentuan yang buruk yang diberlakukan oleh kepentingan terselubung di dalam hidup kita.
Dalam kata pengantarnya Malik Bin Nabi juga menjelaskan bahwa artikel-artikel tersebut sengaja di publikasikan karena mengekpresikan reakitas yang sagat pelik, yang bisa diketahui oleh pembaca tanpa perlu ia komentari, sebagaimana artikel-artikel dalam buku ini berkaitan dengan realitas yang menyedihkan ini dari sudut pandang yang berbeda-beda; sejarah, politik, ilmu, social dan budaya.
Bagi para pengagum kajian pemikiran, bagi yang ingin mengetahui bagaimana dahsyatnya perang pemikiran, bagi yang lebih yakin betapa jahat dan liciknya musuh-musuh Islam dalam mengeliminasi umat Islam, dan bagi yang ingin memahami lebih utuh Perang Pemikiran, maka sangat disarankan untuk membaca buku yang sangat phenomenal ini.
Wallahu ‘Alam Bisshowwab.