Penanggalan Hijriyah membuat hari raya dan tradisi-tradisi Islam silih bergilir sejak 13 abad yang lalu sesuai dengan peredaran periode tahunnya.
Dalam sebuah keluarga, seorang bapak melaksanakan kewajiban haji di Tanah Suci pada musim panas, dan seorang anak memungkinkan melaksanakannya di puncak musim dingin. Terkecuali bagi para mukimin di Jazirah Arab dan orang-orang yang sudah terbiasa dengan iklimnya yang keras. Adapun kaum muslimin yang lain mereka takut melaksanakan Haji pada musim panas.
Betapa banyak niat baik melebur, dan harapan-harapan tinggi terlupakan di hadapan pemikiran sa’i di bawah terik Matahari Mekah. Di sinilah perlunya kita memaknai hakikat dari seruan Haji. Seruan untuk bertalbiyah dengan penuh kekuatan, yang tidak akan terkalahkan dan tidak bisa dihancurkan oleh musim dingin ataupun panas.
Labbaika..!!! Hamba datang untuk-Mu wahai Tuhan-ku.
Demikianlah penggalan dari pengantar novel ‘Labbaika, Hajjul Fuqoro’ (Labbaika, Haji Orang-Orang Faqir). Karya Malik Bin Nabi.
Karya sastra yang sederhana. Cerita fiksi hanya sekitar 120 halaman. Namun walau demikian ia merupakan buah pikiran Sang Filosof, Pemikir, Pejuang Kebangkitan Islam, Malik Bin Nabi. Maka karya ini merupakan bagiana dari proyek pemikiran Malik Bin Nabi dalam memperjuangkan kebangkitan dan kejayaan Peradaban Islam.
Novel ini mengisahkan perjalanan haji orang-orang Miskin, yang naik Haji seketika, tiba-tiba, dari orang-orang biasa, anak kecil, hingga seorang pemabuk. Mereka pergi berhaji hanya berbekal kemauan dan tekad yang kuat untuk berkunjung ke rumah Allah dengan harapan mampu menemukan arti hidup yang sebenarnya.
Tokoh utamanya adalah Ibrahim, seorang pemuda yang telah kehilangan arah, hidup dalam kegelapan, pemabuk, pembuat kegaduhan, sampah masyarakat.Seketika melihat pelepasan jamaah haji di kotanya, seketika itu ia terpanggil untuk ikut bersama mereka pergi ke tanah suci.
Ada juga Hadi, seorang bocah yang pikirannya melampaui masanya, seorang anak jalanan, penyemir sepatu, nekad menaiki kapal laut yang membawa Jemaah haji dengan cara yang mungkin tidak pernah terpikirkan, demi menuju tanah harapan umat Islam di dunia.
Kalau dihubungkan denga proyek pemikiran Malik Bin Nabi, Labbaika, hajjul Fuqoro, adalah intisari dari gambaran kondisi umat Islam pada masa itu dalam ppandangan Malik Bin Nabi.