Setelah berulang kali menjadi peserta pemilu raya, dan konsisten dengan statusnya sebagai oposisi, kini pihak Oposisi Malayasia mendapatkan buah dari kerja kerasnya.
Harapan akan tegaknya keadilan, kegelisahan atas menjalarnya kerusakan dan kedzoliman, kemudian diperkuat oleh kecemasan atas krisis ekonomi yang dari hari ke hari semakin mengancam—telah menyatukan hati rakyat Malayasia untuk menggantikan rezim lama dan memilih para pemimpin yang berpihak kepada kepentingan rakyat.
Penulis memperhatikan bagaimana kecemasan mereka melalui teman-teman dari negeri Jiran di Cairo, sebagaimana bisa mengakap tekad dan kegigihan mereka untuk mewujudkan harapan yang dicita-citakan. Banyak dari teman-teman yang belajar kepada penulis menyengajakan diri pulang ke negerinya hanya untuk mengikuti pesta rakyat itu.
“Memangnya Kedutaan Malayasia di Cairo tidak mempasilitasi pemilu?” Tanya penulis heran.
“Ade ust, tapi kami hawatir suaranya tak sampai ke Malayasia”, jawab mereka. Sebagian yang lain mengatakan tidak ada.
Ringgit yang harus mereka keluarkan untuk membeli tiket Cairo-KL tidak seberapa dibandingkan dengan keadilan dan perubahan yang mereka impikan.
Ala kuli hal, kemenangan pihak oposisi Malayasia akan memberikan harapan penyelamatan bagi Malayasia sendiri, sebagai Negara Muslim termaju yang tengah berada dihadapan badai krisis. Namun lebih dari itu, kemenangan oposisi akan meniupkan ruh baru bagi kaum islamis di Malayasia, hal ini karena peran yang mereka persembahkan sangat besar dibalik kemenangan ini.
Kaum Islamis dari Islam Poitik akan mendapatkan ruang kebebasan untuk bermanuver menjelmakan gagasan-gagasan mereka ke dalam agenda-agenda politik dan kenegaraan. Begitu juga kaum islamis dari para cendikiawan muslim akan mendapatkan angin segar kembali setelah sebelumnya ditekan dan diasingkan oleh rezim penguasa.
Tidak lama lagi kita akan menyaksikan Anwar Ibrahim (sebagai tokoh kaum Islamis politik) akan dibebaskan dari segala apa yang dituduhkan kepadanya. Kita juga akan melihat Sayyed Nuqeib Alattas (sebagai tokoh kaum cendikiawan muslim) akan dikembalikan ke tempatnya semula. ISTAC –yang murupakan karya Alattas–akan kembali bangkit dan madrasah pemikiran beliau akan kembali hidup, sehingga akan berefek pada upaya pencerahan umat Islam—tidak hanya di negeri jiran semata, namun juga di bumi Nusantara seluruhnya.
Begitu juga dengan IIIT (Internasional Institute of Islamic Thought) sebagai lembaga kajian pemikiran keislaman internasional yang mana Anwar Ibrahim merupakan salah satu tokoh pendirinya akan lebih mendapatkan ruang untuk menyebarkan gagasan-gagasan keislamannya.
Tidak hanya itu, para aktivis dan cendikia muslim ABIM (Angkatan Belia Malayasia) –yang berpihak kepada kedua tokoh Islam di atas—akan semakin leluasa bergerak membesarkan ide-idenya.
Maka kemenangan oposisi Malayasia adalah momentum bersejarah bagi kaum islamis Malayasia untuk meneruskan kembali menjadi negara muslim modern, dan mewujudkan peradaban Islam Melayu yang diperhitungkan oleh peradaban-peradaban maju.
Kemenangan oposisi Malayasia, juga meniupkan angin segar bagi masyarakat Indonesia umumnya, dan partai oposisi khususnya–yang pada hari ini mengalami nasib yang sama; Ketidakadilan, kerusakan, dan ancaman krisis ekonomi.
Malayasia akan memjadi titik permulaan gelombang perubahan, kemudian gelombang perubahan itu akan diklimkan dan diperbesar ke dalam sekala regional (Nusantara) bahkan internasional ketika kembali memusar di Indonesia. Karena Indonesia adalah lokomotif perubahan di Asia Tenggara.
Oleh karena itu umat Islam Indonesia harus mengambil spirit kemenangan rakyat Malayasia dan berupaya semaksiamal mungkin untuk mewujudkan kemenangan itu.
Bisa dimulai dari yang paling sederhana, dengan terus mensosialisasikan #2019gantipresiden, baik melalui medsos ataupun face to face, juga memberikan pecerahan kepada masyarakat tentang semua efek negative kalau rezim Jokowi yang lemah dan tidak berwiba ini terus berlanjut.
Penulis optimis kalau Malayasia dan Indonesia dikendalikan oleh para pemimpin yang berpihak kepada Islam, kemudian diperkuat oleh para cendikiawan muslim yang hingga hari ini terus berupaya untuk memadukan antara keislaman dan kemodernan—sekali lagi penulis opotimis bahwa akan lahir ke pentas dunia peradaban Islam baru dengan membawa nilai-nilai baru yang akan menyelamatkan umat manusia dari kehancurannya.
Wallahu Alam Bisshowwab.